
Judul : Mahasiswa UII, Mahasiswa Buangan
Oleh : Dede Sartono dan Retno Eka Wulandari
Semakin berkembangnya zaman, semakin besar pula kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang lebih tinggi. Mungkin dahulu, dengan berbekal ijasah SMA seseorang dapat mendapatkan pekerjaan dengan kedudukan yang dapat dikatakan baik. Namun, pada kenyataannya sekarang, sesorang yang mencari pekerjaan dengan berbekal ijasah SMA itu sangat sulit. Maka saat ini banyak sekali khususnya para orang tua yang menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat Perguruan Tinggi. Tujuannya hanya satu, agar anaknya tersebut memperoleh yang terbaik dan kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang baik pula.
Seiring dengan persepsi yang timbul ini, banyak sekali siswa-siswa yang telah lulus dari kelas 3 SMA berbondong-bondong mencari perguruan tinggi dan juga jurusan yang mereka minati. Ketika dihadapkan untuk memilih perguruan tinggi, pilihan sebagian besar masyarakat cenderung memilih ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Berbagai alasan yang masyarakat atas pilihannya tersebut, mulai dari kualitas yang baik dan biayanya yang relatif murah. Namun untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pun tidaklah mudah. Berpuluh-puluh ribu hingga ratusan ribu pendaftar ke suatu Perguruan Tinggi Negeri, namun yang bisa diterima hanyalah puluhan peserta untuk tiap jurusan. Meskipun sangat sulit untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri, tetapi minat masyarakat tetaplah tinggi. Apabila mereka bisa diterima di PTN, mereka akan merasa bangga dan gengsi karena mereka menyandang status mahasiswa PTN.
Pilihan masyarakat yang cenderung memilih PTN sebagai tujuan pendidikan selanjutnya, membuat nasib Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terombang-ambing dan penuh ketidakpastian. Ibaratnya PTS adalah sebuah kontainer sampah yang berisi mahasiswa-mahasiswa buangan dai PTN.
Kondisi PTS semakin bertambah parah ketika keluar Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU-BHP) Inti dari UU-BHP ini adalah menjadikan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Sehingga kesempatan untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri lebih terbuka lebar karena mereka mulai menyelenggarakan Ujian Mandiri (UM) masuk ke PTN.
Akibat dari banyaknya masyarakat yang berminat untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri, namun yag diterima hanyalah sebagian kecil saja, maka banyak para peseta yang tidak diterima di PTN merasa kecewa, sedih dan bahkan ada yang benar-benar merasa drop sekali. Ada juga yang rela rehat selama satu tahun dan untuk tahun berikutnya mereka mengikuti seleksi ujian masuk perguruan tinggi negeri lagi, demi memenuhi keinginan mereka untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri. Namun banyak juga yang memilih meneruskan pendidikannya, meskipun harus masuk Perguruan Tinggi Swasta.
Berdasarkan riset yang telah kami lakukan kepada calon mahasiswa UII dan mahasiswa UII sendiri, pilihan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke UII sebagai salah satu Perguruan Tinggi Swasta adalah berdasarkan kesadaran dari diri mereka sendiri. Pada mulanya, ketika mereka tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri, mereka merasa sedih, kecewa bahkan ada yang sangat drop. Namun semua kekecewaan itu bisa terobati karena mereka dapat masuk ke Perguruan Tinggi Swasta yang memiliki kualitas yang cukup bagus dan tidak kalah dengan Perguruan Tinggi Negeri, yaitu UII. Sebagian besar alasan mereka masuk UII adalah karena mereka tidak diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Namun ada juga yang beranggapan bahwa UII merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang ternama di Indonesia dan menyertakan nilai-nilai keislaman dalam proses pendidikannya.
Mereka pun yang tidak diterima di PTN, tidak merasa dirinya hanya sebagai mahasiswa buangan dari PTN. Mereka beranggapan bahwa ilmu yang didapat dari perguruan tinggi negeri dan swasta tidaklah berbeda. Seseorang dapat terus maju dan mendapatkan hasil yang baik, ketika mereka mau terus bekerja keras dan berusaha.
Shofiatika Q.A, mahasiswa baru UII jurusan Psikologi, mengungkapkan “Sangat kecewa, tapi pastinya dapat terobati jika diterima di PTS ternama seperti UII”. Menurutnya UII merupakan universitas swasta yang berlandaskan keislaman, dengan akreditasi yang baik. Serta memiliki jurusan yang cukup lengkap, dan salah satu universitas yang menjadi alternatif favorit bagi para calon mahasiswa yang tidak diterima di PTN. Harapannya kedepan untuk masa depannya meskipun ia kuliah di perguruan tinggi swasta, ia akan dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan dan akan menjadi orang yang sukses.
Sementara itu menurut pendapat Caesar, mahasiswa baru UII fakultas kedokteran, alasan yang memotivasinya masuk UII adalah karena untuk lebih dekat dengan agama islam. Menurutnya UII merupakan salah satu universitas swasta terbaik yang dalam pelajarannya tidak hanya mengedepankan ilmu pengetahuan saja melainkan juga akhlak, serta UII merupakan universitas yang memiliki etika baik dan mempunyai nilai keislaman yang sangat tinggi. Satu pesan terakhir harapan kedepan untuk masa depannya, “Saya ingin menjadi orang yang sukses di jurusan yang saya sukai !“.
Sebenarnya tidak ada istilah mahasiswa buangan, karena keberhasilan sesorang tidak hanya tercapai dengan dia menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Negeri saja. Ilmu dapat kita peroleh dimanapun dan kapan pun, semua itu tergantung dari masing-masing individunya. Karena sebuah penyesalan dan kesedihan tidak akan pernah berakhir ketika kita tidak mengusahakannya untuk berbuat hal yang lebih baik dan menghapus semua penyesalan serta kesedihan itu menjadi masa depan yang lebih baik.
..........................................................................................................................
Tulisan ini bisa kamu lihat di Tabloid Ekonomika, FE UII, edisi, halaman..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar