Jumat, 01 Juli 2011

Nanoteknologi akan Merevolusi Dunia..


Para pendekar iptek kembali meramalkan bahwa dalam periode yang sangat singkat-dengan hitungan beberapa tahun ke depan-diyakini akan terjadi revolusi industri kelima yang berdampak luar biasa sebagaimana empat revolusi industri yang terjadi dua abad silam.

Kalangan ilmuwan brilian itu seakan-akan ber-hujjah bahwa revolusi kelima segera tercetus dari rahim nanoteknologi yang baru solid terbentuk pada awal milenium kedua.

"Nanoteknologi diyakini sebagai sebuah konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad ke-21. Beberapa cabang ilmu terapan dan medis mengadopsi nanoteknologi dan nanosains menjadi fondasi utamanya," kata Nurul Taufiqu Rochman Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI), kepada Bisnis.

Nanosains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena atau sifat-sifat suatu objek atau material dalam skala nanometer (1 nm = 1/1.000 �m = 1/1.000.000 mm = 1/ 1.000.000.000 m). Bisa dipahami bahwa 1 per 1.000.000.000 meter adalah sebuah ukuran yang sangat kecil.

Mula-mula, tubuh kita berada di dunia berskala meter (m). Kemudian, bagian tubuh manusia yang berskala 1 per 1000 atau milimeter (mm) adalah tahi lalat. Selanjutnya, yang berskala 1 per 1000 dari itu atau mikrometer (�m) adalah diameter rambut, sel tubuh atau sel darah merah.

Nanometer (nm) adalah besaran 1 per 1000 dari �m, seperti lebar DNA (deoxyribonucleic acid) yang skalanya berkisar 2 nm. Apabila nanometer dibagi lagi menjadi 1 persepuluhnya, akan sampai pada besaran atom (0.1 nm=1� (Angstrom)).

Perbandingan antara 1 meter dengan 1 nanometer adalah seperti halnya perbandingan antara bola bumi dengan bola pingpong. "Dari kenyataan ini, dapat dikatakan manusia secara perlahan-lahan tengah mendapatkan teknologi yang sulit dibayangkan," terang Nurul. Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia komputer telah mengubah tidak hanya ukuran komputer semakin ringkas, namun juga peningkatan kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan penyelesaian program-program raksasa dalam waktu singkat.

Adapun nanobaja mampu menghasilkan baja yang berstruktur halus (mencapai beberapa puluh nm) dan memiliki kekuatan dan umur 2 kali lipat. Teknologi nanobaja, lanjut Nurul, sangat sederhana dan tidak memerlukan peralatan tertentu untuk pembuatannya.

"Ke depan, industri yang tidak menerapkan nanoteknologi tidak akan mampu ikut dalam persaingan global," timpal Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Depperin Dedi Mulyadi.

Oleh karenanya, berbagai negara di dunia, terutama negara-negara maju, berusaha keras melakukan berbagai strategi penguasaan dan pengembangan nanoteknologi. Strategi pengembangan nanoteknologi pada masing-masing negara tersebut, kata Dedi, umumnya mengacu pada kompetensi negaranya.

Di Indonesia

Pengembangan nanoteknologi di Indonesia boleh dikatakan masih sangat prematur. Kondisi ini, kata Dedi, tidak jauh berbeda dengan negara-negara Asean lainnya.

Kendati demikian, kegagalan dalam mengembangkan produk berbasis nanoteknologi pada lima tahun ke depan, berpotensi menyebabkan pasar domestik hanya menjadi pasar bagi produk nanoteknologi impor sehingga Indonesia diperkirakan kehilangan nilai tambah sekitar Rp10 triliun per tahun.

Berdasarkan perkiraan MNI, Indonesia membutuhkan dana sedikitnya Rp4 triliun dalam 10 tahun mendatang untuk memacu pengembangan riset nanoteknologi guna memperbaiki struktur daya saing produk manufaktur nasional di kancah global.

Indonesia, timpal Nurul, memiliki keunggulan komparatif berupa kekayaan sumber daya alam misalkan mineral pasir besi, kuarsa, tembaga, emas yang dapat digunakan sebagai basis teknologi nanomaterial.

Oleh karena itu, pengembangan nanoteknologi harus diarahkan untuk mengelolah dan memberikan nilai tambah secara signifikan bagi sumber daya alam Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa.
..........................................................................................................................
Sumber : http://aa-nanoteknologi.blogspot.com/2009/09/nanoteknologi-harapan-baru-pacu-daya.html
..........................................................................................................................
Nanoteknologi untuk Kesehatan :

MUNGKINKAH seseorang menahan napas selama empat jam sambil duduk santai di dasar kolam renang? Atau, berlari cepat selama 15 menit tanpa perlu bernapas? Menjadi manusia "adikodrati" semacam itu sekarang dimungkinkan berkat adanya Respirocyte, sebuah nanorobot ciptaan Robert A Freitas, pakar nanoteknologi dari AS. Nanoteknogi adalah teknologi yang bekerja dalam skala sepermiliar meter.

Respirocyte yang berdiameter 1 mikron itu mengapung sepanjang aliran darah. Robot berbentuk spiral itu terbuat dari 18 juta atom, sebagian besar berupa atom karbon dengan formasi berlian. Tugas Respirocytes meniru cara kerja pengisian sel darah merah secara alamiah ke dalam hemoglobin. Sebagai pompa mini, nanorobot mampu memompa lebih dari 9 miliar molekul oksigen dan karbon dioksida. Hal itu setara dengan mengantar 236 kali lebih banyak oksigen daripada yang dilakukan sel darah merah.

Bentuk molekulnya yang mirip berlian memungkinkan Respirocyte bekerja dengan tekanan hingga 1.000 atmosfer (atm). Padahal, sel darah merah bekerja hanya pada tekanan 0,51 atm dan disalurkan ke jaringan sebesar 0,13 atm saja, sehingga injeksi 5 sentimeter kubik cairan suspensi akan mampu memindahkan semua oksigen dan karbon dioksida yang ada dalam 5.400 sentimeter kubik darah dalam tubuh. Itu sebabnya seseorang mampu menahan napas lebih lama tanpa takut kehilangan oksigen.

Kehebatan nanoteknologi tak berhenti di situ saja. Mengatasi bahkan mengobati penyakit pun bisa dilakukan nanoteknologi. Penderita hipertensi, misalnya, kini tak perlu lagi disuntik atau mengonsumsi obat, cukup hanya disemprot saja ke bagian tubuh tertentu.

Hal itu menjadi kenyataan setelah sejumlah profesor dari Universitas Tsinghua dan Universitas Beijing, RRC, melakukan riset bertahun-tahun untuk menggabungkan pengobatan tradisional Cina dengan teknologi modern berupa bioteknologi dan nanoteknologi.

Hasilnya, ternyata bahan baku alami obat tradisional Cina dapat diperkecil hingga ke ukuran nano, sehingga dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh, menstabilkan tubuh pada fungsi hati, melancarkan aliran darah, meningkatkan peredaran darah, melarutkan darah yang mengental dan menggumpal, mengurangi daya hambat pembuluh darah, sehingga tekanan darah dapat diturunkan ke tingkat normal pada penderita hipertensi.

Bentuk akhirnya berupa cairan semprot yang dinamakan Sunny Wen Ya Yi. "Nanoteknologi hanya memperkecil ukurannya tanpa mengubah fungsi obatnya," kata Handi William, Operational Director PT Cahaya Bioteknologi Farmasi, produsen produk baru tersebut.

Tidak mengherankan kalau perusahaan itu, selama Pekan Raya Jakarta (PRJ) berlangsung hingga 18 Juli nanti, mengundang pengunjung untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berupa tes tekanan darah dan konsultasi kesehatan gratis. Bagi pengunjung yang menderita tekanan darah tinggi akan diberikan penyemprotan gratis cairan somprot itu untuk menurunkan tekanan darahnya. Tak kurang 20 juru rawat dan 5 dokter dibantu sekitar 35 tenaga promosi terjun dalam pelayanan kesehatan tersebut.

Caranya sederhana saja. Mula-mula pengunjung dites tekanan darahnya dengan tensimeter digital. Bila ternyata tekanan darahnya di atas ambang normal (90/140 mmHg), pengunjung akan dipersilakan ke bilik bersama petugas yang tepat untuk disemprot bagian dalam lengan, sekeliling pusar, dan bagian dalam paha. Setelah itu, pengunjung akan diminta melakukan tes ulang tekanan darah setelah 20-30 menit.

Kebanyakan pengunjung terheran-heran ketika mengetahui tekanan darahnya menurun drastis dan bahkan kembali normal dalam waktu singkat. Semua karena partikel obat yang berukuran lebih kecil daripada atom dapat langsung menembus kulit dan langsung menembus ke pembuluh kapiler darah. Setelah memasuki sirkulasi darah dan sampai pada pembuluh darah, cairan semprot itu menghasilkan efek farmakodinamika, sehingga akhirnya dapat menstabilkan tekanan darah penderita.

Meski merupakan produk baru, cairan semprot itu memiliki harga cukup terjangkau, yakni Rp 128 ribu per botol ukuran 50 ml, lengkap dengan buku pedoman yang tebal. Sebotol dapat digunakan untuk sebulan pemakaian.
..........................................................................................................................
Sumber : http://aa-nanoteknologi.blogspot.com/2009/09/memanfaatkan-nanoteknologi-untuk.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar