
Fiosofi Kopi bercerita tentang obsesi Ben yang gila kopi, hingga rela pergi ke berbagai pelosok dunia hanya untuk mencari racikan kopi yang sempurna. Hasil pengembaraanya kemudian dia wujudkan dengan mendirikan kafe bersama temannya, Jody. Kopi racikan Ben selalu hadir bersama narasi yang dicetak dalam selembar kartu, yang menjelaskan karakter dari kopi yang akan diminum setiap tamunya. Kafe Ben menjadi ramai karena setiap pengunjung bebas memilih kopi yang sesuai dengan karakter mereka. Puncak pergulatan Ben adalah racikan kopi sempurna yang ia beri nama ”Ben Percefto.” Kopi yang dijual Ben sungguh mahal harganya. Anehnya, orang mau saja membeli kopi mahal itu.
Ben merasa inilah puncak pencapaian obsesinya, hingga suatu hari ia kedatangan seorang pengunjung tua yang memesan ”Ben Pefecto.” Dengan tegang, Ben menunggu reaksi tamu yang barusan minum kopi andalannya itu. Bapak itu tidak segera memuji, tapi cuma berkata datar, ”kopi ini enak, tapi menurut saya ada yang lebih enak lagi.” Ben sungguh cemas mendengar komentar menyakitkan ini. Ben langsung menghujani pertanyaan di mana dia bisa mendapatkan kopi yang lebih enak itu. Bapak itu memberi selembar alamat kedai kopi di sebuah desa lereng gunung Merapi, Jawa Tengah. Kedai kopi sederhana ini milik Pak Seno. Dia menamainya ”Kopi Tiwus.” Kopi pak Seno tidak mahal, bahkan tidak punya harga pasti. Orang bisa minum kopi sambil makan pisang goreng, kemudian membayar sesuai dengan uang yang ada di saku mereka. Kadang-kadang ada yang membayar 200 rupiah, 500 rupiah, atau 1000 rupiah.
Jujur, Ben mengakui kopi Pak Seno sungguh nikmat. Tapi di atas segalanya, Ben merasa terpukul bahwa selama ini dia telah membodohi pengunjung setianya dengan narasi yang membuat harga kopinya melambung tinggi, yang membuat dirinya kaya. Di kedai Kopi Pak Seno, Ben menemukan kesederhanaan yang sudah lama dia lupakan. ”Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tidak mungkin kamu sembunyikan.”
..........................................................................................................................
Sumber : http://rumahbaca.wordpress.com/2007/09/05/filosofi-kopi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar