Jumat, 07 Oktober 2011

Ketika pendidikan dipertanyakan..


Tragisnya, seperti yang anda maklum, pendidikan konvensional –mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi- selalu dan terlalu banyak memanjakan otak kiri. Hanya 10 persen mata pelajaran yang mengasah otak kanan. Terlebih-lebih pendidikan pasca sarjana. Pokoknya, makin tinggi, makin kiri. Cuma pendidikan di taman kanak-kanak yang masih menaruh perhatian pada otak kanan. (Istilah saya, perguruan tinggi itu adalah perguruan kiri dan taman kanak-kanak itu adalah taman kanan-kanan. Hehehe!)

Digojlok pendidikan kiri selama hampir 20 tahun, tak dapat dielakkan, mayoritas orang menjadi Golongan Kiri. Cuma segelintir orang yang menjadi Golongan Kanan. Jadilah Golongan Kanan ini minoritas. Repotnya, pola pikir si minoritas ini jelas-jelas tidak sejalan dengan pola pikir si mayoritas. Si minoritas ‘kan cenderung kreatif, imajinatif, intuitif (feeling-based), impulsif (spontan), dan lateral (acak). Ujung-ujungnya, si minoritas sering dicap sinting oleh si mayoritas. Pst, di mana-mana orang sukses itu memang minoritas dan sering dicap sinting.

Sekitar 500 tahun sebelum Isa Al-Masih lahir dan menebar pengaruh ke seluruh dunia, Konfusius telah berkelana dan bersikukuh, “Sebuah gambar setara nilainya dengan seribu kata.” Seperti biasa, konfusius hampir selalu benar. Gambar itu kanan, kata-kata itu kiri. Saya perjelas, satu kali kanan nilainya setara dengan seribu kali kiri! Albert Einstein pun bersikukuh, “Imajinasi itu lebih utama daripada ilmu pengetahuan.” Imajinasi itu kanan, ilmu pengetahuan itu kiri. Saya perjelas, kanan itu lebih utama daripada kiri!

Ngomong-ngomong, kalau anda memang serius dengan otak kanan, bacalah kitab 13 Wasiat Terlarang! Dahsyat dengan Otak Kanan! yang membongkar tuntas misteri otak kanan, dilengkapi dengan Right Test untuk menguji otak kanan dan Right Tips untuk mengasah otak kanan. Selamat mencoba!

-Robert Kiyosaki telah menyimpulkan bahwa dunia ini disesaki oleh Golongan Otak Kiri. Lebih lanjut menurutnya, Golongan Otak Kiri sering berujar, “Kalau anda sependapat dengan saya, anda cerdas. Kalau tidak, anda idiot.” Begitulah Golongan Otak Kiri. Dengan gampangnya ia menganggap pendapatnya yang terbaik. Saklek.

-Pakar pemasaran Al Ries di buku terbarunya War in the Boardroom juga menyesalkan. Menurutnya, kekacauan bisnis sering terjadi gara-gara manajemen itu berpikir terlalu kiri.

-Sepasang pengusaha, Purdi Chandra dan Bob Sadino, turut menyesalkan, “Golongan Otak Kiri itu sok tahu dan sok pintar. Padahal, dari segi duit, mereka itu tidak ada apa-apanya.”

-Golongan otak kanan, lantaran berpikir holistik, menguasai interpersonal, dan terbiasa dengan perubahan, maka mereka maklum bahwa bukan cuma satu jawaban yang benar.

Sumber : 7 Keajaiban Rezeki – Ippho Santosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar